Oleh: iwanpat777 | 4 Maret 2009

Natal 25 Desember atau April?

Jika kita lihat secara geografi dan musim maka pada bulan desember di betlehem kondisinya bersalju atau kita bilang musim dingin. Tidak ada padang rumput yang menghijau, tidak ada gembala menggembalakan domba-dombanya apalagi pada malam hari  dan sangat sukar sekali orang melakukan perjalanan jauh pada saat itu.

para gembala di padang rumput

Tapi di alkitab tertulis pada saat Imanuel lahir ke dunia, malaikat memberitahu para gembala yang ada di padang rumput bersama domba-dombanya pada saat malam hari (di suhu dingin???) dan ada 3 raja dari majus datang dari jauh.

Mungkin pencipta Hari Natal 25 Desember bermaksud baik dengan juga menambahkan ‘pohon natal’ dan sinterklas’ untuk memeriahkan suatu perayaan besar. Kenapa Perayaan Besar? Karena jika tidak ada Natal maka kita masih orang-orang berdosa yang harus binasa. Tetapi puji Tuhan karena Dia mau turun menjadi manusia dan dilahirkan di kandang domba maka kita mendapat kasih karunia Tuhan, karena masih ada kesempatan bagi kita untuk diselamatkan.

Tapi persoalannya,  ‘penemuan itu’ menjadi suatu budaya yang akhirnya menjadi suatu doktrin yang dipegang teguh, dan kalau tidak dirayakan menjadi tidak afdol, tidak suci, dsb.

Ingat saudara/i ku, Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah  panjang umur. Bagi kita ya, kita masih dalam daging yang terus panjang umur sampai Tuhan menjemput kita. Tuhan adalah kekal,tidak berawal dan tidak berakhir. Itu sebabnya Tuhan Yesus tidak menekankan dan memerintahkan kelahiranNya untuk dirayakan. Tuhan inginkan kelahiranNya ada di dalam kita dan itupun sekali saja. Tidak lahir besok mati kemudian berdoa lagi minta Yesus lahir lagi dalam hati kita.

Karena Tuhan katakan sekali kita murtad tidak akan ada lagi korban sembelihan. Jadi Tuhan inginkan Dia lahir dalam kita dan biarkan itu bertumbuh sesuai pertumbuhan masing-masing dengan tuntunan Roh Kudus sampai Kedewasaan Kristus terjadi di dalam kita. Tapi jangan matikan benih atau kelahiran Kristus di dalam kita itu. Dan itulah yang kita rayakan setiap saat bukan setiap tahun , perayaan perpanjangan umur rohani kita semakin menuju kekal/panjang yang tiada batasnya.

Dan ajarkan itu kepada anak-anak kita dari kecil dan sesama kita. Bukan berarti kita mencela mereka-mereka yang memperingati natal dengan hikmat dan ucapan syukur.

Tetapi minimal mereka bisa sadar  , menghadirkan Tuhan Yesus melalui FirmanNya atau menghadirkan ‘Pohon Natal’ dan ‘Santa Klaus’. Saudara/i merayakan 25 Desember silahkan atau 26 Desember atau kapanpun silahkan. Tapi Alkitab Perjanjian lama katakan bahwa mereka yang membawa ‘pohon’ ke dalam rumah dan di “puja” sebagai “pohon natal” adalah “berhala” di mata Tuhan dan juga menggantikan sosok Juruselamat dengan “Sinterklas” adalah “antikris”.                                                                                Renungkanlah saudara/i ku terkasih. 

Tuhan Yesus memberkati.


Tinggalkan komentar

Kategori